Selasa, 20 Oktober 2009

Jangan Mau Jadi Pemain Figuran (Serial Motivasi)



Penulis : Miftahur Rahman el-Banjary
(Cerpenis Borneo & Mahasiswa S.2 Sastra Arab di Univ. Dual Arabiyyah, Cairo)

Jika kita menonton suatu pertunjukan atau tayangan sinema di layar kaca, maka dengan mudah kita mengenali mana pemeran utama dan mana pemain figurannya, bukan? Pemeran utama selalu menjadi pusat perhatian, ketimbang sekedar pemeran biasa. Sang 'jagoan' tentunya lebih diidolakan daripada pemeran pembantu. Begitupula dalam panggung kehidupan sehari-hari, setiap orang berperan sesuai dengan perannya masing-masing. Yang membedakannya hanyalah pengatur peran tersebut. Jika pada panggung petunjukan atau sinetron peran ditentukan oleh sutradara, sedangkan pada peran di panggung kehidupan ini ditentukan oleh keinginan kita sendiri. Kita bebas memilih peran apa saja yang kita inginkan. Oleh karena itu, mengapa kita lebih memilih menjadi pemeran figuran?

Ada orang yang ketika masa kecilnya biasa-biasa saja. Pada masa-masa sekolah, dia tidak tergolong anak yang cerdas dan tidak pula anak yang bodoh. SPenulis : Miftahur Rahman el-Banjary
(Cerpenis Borneo & Mahasiswa S.2 Sastra Arab di Univ. Dual Arabiyyah, Cairo)

Jika kita menonton suatu pertunjukan atau tayangan sinema di layar kaca, maka dengan mudah kita mengenali mana pemeran utama dan mana pemain figurannya, bukan? Pemeran utama selalu menjadi pusat perhatian, ketimbang sekedar pemeran biasa. Sang 'jagoan' tentunya lebih diidolakan daripada pemeran pembantu. Begitupula dalam panggung kehidupan sehari-hari, setiap orang berperan sesuai dengan perannya masing-masing. Yang membedakannya hanyalah pengatur peran tersebut. Jika pada panggung petunjukan atau sinetron peran ditentukan oleh sutradara, sedangkan pada peran di panggung kehidupan ini ditentukan oleh keinginan kita sendiri. Kita bebas memilih peran apa saja yang kita inginkan. Oleh karena itu, mengapa kita lebih memilih menjadi pemeran figuran?

Ada orang yang ketika masa kecilnya biasa-biasa saja. Pada masa-masa sekolah, dia tidak tergolong anak yang cerdas dan tidak pula anak yang bodoh. Sewaktu menjadi mahasiswa pun juga demikian. Tak ada prestasi menonjol. Tidak ada karya yang dihasilkan. Mandul kreatifitas. Tamat kuliah dia menikah dan bekerja. Tak berapa lama kemudian mempunyai anak. Pekerjaan dan penghasilannya pun biasa-biasa saja. Makan, tidur, dan bekerja. Demikianlah aktivitasnya sehari-hari. Tampaknya hidupnya 'adem-adem' saja. Dalam mengarungi kehidupan ini, seakan-akan baginya tak ada rintangan yang berarti, tak gelombang yang menggoncang ataupun badai yang menghantam. Hingga hari tua dia meninggal secara biasa-biasa. Tak ada prestasi yang diraih, tak ada sejarah yang diukir dan tak ada perubahan yang diwariskan. Dia hidup sebagai orang biasa dan matipun secara biasa. Begitulah deskripsi 'manusia figuran'. Sungguh tak menarik!

Tipe orang-orang figuran seperti ini hanya ingin menikmati hidup ini dengan 'enjoy'. "Jalani saja hidup ini apa adanya! Jangan 'neko-neko'!" Demikianlah prinsip mereka. Mereka puas dengan apa yang dihasilkan saat ini. Tak berani menatap masa depan yang lebih cerah. Tak berani menanggung resiko, apalagi memperjuangkannya. Maka wajarlah kehidupan mereka di muka bumi tak memberikan makna yang berarti bagi diri mereka sendiri dan orang lain disekitarnya. Wujuduhu ka adamihi (keberadaannya sama saja dengan ketiadaanya). Oleh karena itu, jangan disia-siakan hidup Anda. Waktu yang telah berlalu tak akan bisa terulang kembali. Ingat, kesempatan hidup hanya sekali. Buatlah sejarah sehingga orang lain mengetahui bahwa Anda pernah hidup dimuka bumi ini!

Inilah sejarah mereka!
Suatu hari ketika penulis menghadiri ceramah agama yang disampaikan oleh Prof. Dr. Hafidz Anshari pada acara maulid nabi Muhammad saw di salah satu mesjid di Tanjung Tabalong, tahun 2005, ada satu ungkapan menarik yang sangat berkesan bagi penulis. Beliau mengatakan: " Jika hidup Anda ingin selalu dikenang oleh orang lain, maka buatlah sejarah bagi diri Anda!" Ya benar, Hidup adalah sketsa sejarah. Dan Jika kita tidak menuliskan sejarah kita sendiri, maka sejarah kita akan hilang ditelan zaman. Sungguh kehidupan kita ini merupakan bagian dari catatan sejarah. Betapa banyak manusia yang hidup di muka bumi ini, namun hanya sedikit dari mereka yang dikenang oleh orang-orang sesudahnya. Kenapa demikian?

Orang-orang yang dikenang oleh zamannya adalah orang yang mampu membuat sejarah bagi dirinya sendiri dan bagi zamannya. Orang-orang yang tak berprestasi akan tergilas oleh roda waktu yang terus bergulir, dan akhirnya mereka menghilang tertelan bumi. Sedangkan orang-orang yang berusaha mengukir sejarahnya dengan karya-karya monumental dan ikut andil pada peristiwa bersejarah, maka jasa-jasa mereka akan selalu dikenang. Nama mereka mengabadi, walaupun jasad mereka sudah terkubur menjadi tulang belulang.

Kenapa Rasulullah saw selalu dikenang sampai hari ini, sedangkan beliau telah meninggalkan umatnya semenjak 1500 tahun yang silam? Karena Rasulullah telah mengukir sejarah dakwahnya dengan perjuangan dan keikhlasan. Beliau telah meninggalkan ajaran akhlakul karimah kepada umatnya.

Abu Bakar mengukir sejarahnya dengan ketulusan hatinya menyertai perjuangan Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah. Dengan sukarela beliau meninggalkan usaha bisnis dan harta kekayaannya. Beliau mempertaruhkan seluruh harta, jiwa dan raga untuk membela Rasulullah saw. Sehingga perjuangan beliau diabadikan dalam Al-Quran dan selalu kenang sampai hari ini.

Begitupula Imam Bukhari telah mengkodifikasikan hadits-hadits sahih dan mengumpulkannya dalam satu kitab Jami'us Shahih. Kitab menyejarah yang menjadi rujukan jutaan milyar umat Islam sepanjang zaman. Bahkan kitab beliau menempati urutan pertama kitabutsittah. Imam Syafi'i menulis kitab ar-Risalah dan al-Umm. Karya besarnya itu menjadikan beliau sebagai peletak dasar-dasar ilmu ushul fiqh pertama dalam sejarah.

Tak berbeda dengan Imam Ghazali melahirkan karya monumental menyejarah. Ihya Ulumuddin merupakan kitab pembaharu dalam kajian Islam. Dan menjadi sumber rujukan jutaan para ulama berabad-abad sesudahnya. Beliau juga menulis kitab as-Syifa yang akhirnya menjadi sumber rujukan dalam kajian ilmu ushul fiqh. Dan Imam Nawawi meninggalkan warisan yang sangat besar. Diantaranya, kitab Riyadus Shalihin, Arba'in Nawawi, Al-Adzkar dan ratusan kitab lainnya.

Imam Sibawaih mengarang buku yang paling besar dalam bidang ilmu nahwu. Kitabnya yang berjudul al-Kitab merupakan ilmu nahwu pertama yang disusun secara sistematis. Begitupula Ibnu Aqil telah mengarang buku sebanyak 800 jilid. Dan kitabnya Syarh Ibnu Aqil menjadi rujukan dalam bidang ilmu nahwu. Ibnu Hajar al-Atsqalani mengarang kitab Fathul Bari dan Muqaddimahnya yang sangat monumental dalam sejarah dan tak tertandingi sampai saat ini. Ibnu Khaldun menghasilkan kitab ensklopedi terbesar dalam sejarah. Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun menjadi buku pertama ilmu sosiologi. Dan akhirnya menjadi sumber rujukan para ilmuwan berabad-abad lamanya. Dan Ibnu Sina menulis karya monumental dalam sejarah kedokteran. Kitab "As-Syifa menjadi sumber rujukan para dokter dalam masalah pembedahan.

Muhammad al-Fatih dikenal sebagai penakluk kota Kontanstinopel. Shalahuddin Al-Ayyubi dikenal sebagai pahlawan pembebas kota Yerussalem dari kependudukan pasukan Salib. Merekalah tipe pejuang-pejuang sejati yang berhasil mengukir sejarah mereka sendiri. Jika Anda ingin seperti mereka, maka mulailah melakukan proyek maha besar, yaitu membangun proyek sejarah dari saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar